Pengertian Filsafat
1. Pengertian umum
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia (Φιλοσοφία) Dalam bahasa ini, kata tersebut merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”.
Dalam istilah Inggris, philosophy, yang berarti filsafat, juga berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan ke dalam bahasa tersebut sebagai cinta kearifan. Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu, filsafat berarti cinta kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia yang semula itu ternyata luas sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan soal-soal praktis (The Liang Gie, 1999).
2. Pengertian Menurut Beberapa Tokoh
• Sonny Keraf dan Mikhael Dua mengartikan ilmu filsafat sebagai ilmu tentag bertanya atau berpikir tentang segala sesuatu (apa saja dan bahkan tentang pemikiran itu sendiri) dari segala sudut pandang. Thinking about thinking.
• Ahmad Fu'ad al-Ahwani, filsafat islam adalah pembahasan tentang alam dan manusia yang disinari oleh agama islam.
• Ibrahim Madkur, filsafat islam adalah pemikiran yang lahir di dunia islam untk menjawab tantangan zaman, yang membahas hubungan antara Allah dan alam semesta. Pembahasan ini juga mencakup hubungan antara wahyu, aqidah dan hikmah, filsafat, dan agama.
• Menurut Al Kindi, Kegiatan manusia yang memiliki tingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia . Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran.
• Menurut Merriam-Webster (dalam Soeparmo, 1984), filsafat merupakan pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan.
3. Sejarah Singkat Tentang Perkembangan filsafat
Filsafat Islam muncul sebagai imbas dari gerakan penerjemahan besar-besaran dari buku-buku peradapan Yunani dan peradaban-peradaban lainnya pada masa kejayaan Daulah Abbasiah, dimana pemerintahan yang berkuasa waktu itu memberikan sokongan penuh terhadap gerakan penerjemahan ini, sehingga para ulama bersemangat untuk melakukan penerjemahan dari berbagai macam keilmuan yang dimiliki peradaban Yunani kedalam bahasa Arab, dan prestasi yang paling gemilang dari gerakan ini adalah ketika para ulama berhasil menerjemahkan ilmu filsafat yang mejadi maskot dari peradaban Yunani waktu itu, baik filsafat Plato, Aristoteles, maupun yang lainnya. Sebenarnya gerakan penerjemahan ini dimulai semenjak masa Daulah Umawiyyah atas perintah dari Khalid bin Yazid Al-Umawî untuk menerjemahkan buku-buku kedokteran, kimia dan geometria dari Yunani, akan tetapi para Ahli Sejarah lebih condong bahwa gerakan ini benar-benar dilaksanakan pada masa pemerintahan Daulah Abbasiah saja, dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Al-Manshur (136-158 H) hingga masa pamerintahan AL-Ma'mun (198-218 H) , dimana penerjemahan ini tidak terbatas pada beberapa bidang keilmuan saja,akan tetapi meliputi berbagai cabang keilmuan sehingga kita bisa melihat lahirnya para ilmuan besar pada masa ini, contohnya Al-Kindi (155-256 H) seorang filosof besar yang menguasai beraneka bidang keilmuan, seperti matematika, astronomi, musik, geometri, kedokteran dan politik, disamping nama-nama besar yang muncul setelahnya, sebut saja Ar-Razi, Ibn Sina (370-428 H), Al-Farabi (359-438 H) dan yang lainnya .2.3 Hubungan Antara Agama dan filsafat
Ibn Rusyd berpendapat bahwa agama dan filsafat (atau akal dan wahyu) tidak bertentangan dan tidak mesti dipertentangkan karena pada hakekatnya keduanya berhubungan erat. Kebenaran filosofis dapat diperoleh melalui rasio, tetapi kebenaran religius haruslah diterima berdasar keimanan.
Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Al Kindi bahwa ajaran filsafat berdasar akal fikiran manusia, sedangkan agama berdasarkan wahyu. Dalil-dalil al Qur’an lebih pasti dan lebih meyakinkan daripada dalil-dalil filosofis manusia. Menurut Al Iraqi, meskipun jalan yang ditempuh agama dan filsafat berbeda, namun tujannya sama yaitu mendapat kebenaran. Usaha untuk mempertemukan agama dan filsafat ini tidak mungkin tercapai kecuali dengan menakwilkan nash sebab Al Qur’an tidak menganjurkan untuk berpegang kepada nash saja. Bahkan sebaliknya Al Qur’an menganjurkan untuk menggunakan akal.
Dengan demikian dapat kita pahami pada dasarnya filsafat dan agama itu berbeda tapi saling membutuhkan dan melengkapi satu sama lainnya. Hal ini ditegaskan oleh franz Magnis-Suseno dalam bukunya Berfilsafat dari Konteks, bahwa filsafat itu dapat membantu agama dengan alasan:
• filsafat dapat membantu agama dalam mengartikan (menginterpretasikan) teks-teks suci
• filsafat menyediakan metode pemikiran untuk teologi. Teologi sebagai pemikiran orang beriman tentang imannya memerlukan metode pemikiran filsafat yang membantunya
• filsafat membantu agama dalam menghadapi masalah-masalah baru. misalnya masalah bayi tabung, filsafat membantu dengan prinsip-prinsip moralitasnya sendiri
• filsafat membantu agama dalam menghadapi tantangan idiologi dari dalam ataupun luar.
Jadi filsafat tidak menyaingi agama dan agama tidak dapat digantikan oleh filsafat. Franz Magnis Suseno(1992:19-20)
4. Tujuan, Fungsi dan Manfaat Filsafat
Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom).
Dr Oemar A. Hoesin mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran.
S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya.
Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran.
Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan: Tugas filsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan 'nation', ras, dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan.
Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya. Studi filsafat harus membantu orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung pada konsepsi prailmiah yang usang, yang sempit dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan.
Berbeda dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajamkan pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam hidup sehari-sehari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan bahagia.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisik (hakikat keaslian).
Falsafah Islam coba mencari hakikat manusia dan alam semesta ini. Setelah berusaha mencari dan berfikir berdasarkan wahyu, maka dapat dirumuskan bahawa manusia dijadikan oleh Allah untuk hidup di alam ini sebagai hamba dan khalifah, kemudian mereka akan mati dan akan dipersoalkan tentang tanggungjawab dan amanah yang diberikan oleh Allah. Ini berdasarkan kepada ayat-ayat :
Az-Zariyat : 55
Al-Baqarah: 30
Al-Ahzab: 72
Al-A`raf : 172
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. 2006. Ibn Rusyd. 7 Perdebatan Utama dalam Teologi Islam. Jakarta : Gramedia
Kaelany. 2000. Islam dan Aspek-Aspek Kehidupan Kemasyarakatan. Jakarta : Bumi Aksara
Razif, Muh. 2006. 50 Ilmuwan Muslim Populer. Depok : Qultum Media
Rahardian, H.F. 2007. Seri Ilmuwan Muslim 4. Jakarta : CV. Visindo Media Persada
http://www.al-islam.org/al-tawhid/study-philosophy.htm
http://alkohol7.wordpress.com/2008/04/09/makalah-filsafat/
http://id.wikibooks.org/wiki/Filsafat_Islam_Pasca-Ibn_Rusyd/Filsuf_Islam_Pasca-Ibn_Rusyd/Ibn_Taimiyyah
http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/04/tujuan-fungsi-dan-manfaat-filsafat.html
http://media.isnet.org/islam/Paramadina/Doktrin/Falsafah1.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar