Senin, Mei 23, 2011

PENDIDIKAN SEKSUAL


Apa itu Pendidikan Seks?? 

Pendidikan seks adalah informasi, pengetahuan ataupun segala sesuatu tentang seksualitas, baik fisoseksual maupun psikoseksual. Ada banyak pengertian tentang apa itu pendidikan seks, bergantung pada sudut pandang yang dipakai. 
Berikut adalah beberapa pengertian menurut para pakar :
ü Dr. Abdullah Nashih Ulwan
pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri, dan perkawinan. Dengan begitu, jika anak telah dewasa, ia akan dapat mengetahui masalah-masalah yang diharamkan dan dihalalkan; bahkan mampu menerapkan perilaku islami dan tidak akan memenuhi naluri seksualnya dengan cara-cara yang tidak islami. (Onesaiful.blogspot.com)
ü Prof. DR. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FACCS, seorang guru besar Universitas Udayana Bali
Pendidikan seks adalah merupakan suatu pendidikan mengenai seksualitas dalam arti luas. Seksualitas meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan seks, yaitu aspek biologik, orientasi, nilai sosio kultur dan moral, serta perilaku.

ü  Dr Rose Mini AP, M Psi
pendidikan seks didefinisikan sebagai pendidikan mengenai anatomi organ tubuh yang dapat dilanjutkan pada reproduksi seksual. Dengan mengajarkan pendidikan seks pada anak, menghindarkan anak dari resiko negatif perilaku seksual. Karena dengan sendirinya anak akan tahu mengenai seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama, dan adat istiadat, serta kesiapan mental dan material seseorang.
ü  Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994), secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat. 
ü Menurut Ajen Dianawati dalam bukunya Pendidikan Seks Untuk Remaja (2007), Memberikan pendidikan seks pada remaja, maksudnya membimbing dan menjelaskan tentang perubahan fungsi organ seksual sebagai tahapan yang harus dilalui dalam kehidupan manusia. Selain itu, harus memasukkan ajaran agama dan norma-norma yang berlaku.

Pendidikan seks sebenarnya sudah dikenal orang sejak masa seseorang dilahirkan. Seseorang yang terlahir, baik laki-laki maupun perempuan, akan terus mengalami perkembangan seksual secara fisik dari anak-anak maupun remaja, yang dipengaruhi oleh hormon seks (laki-laki dan perempuan). Sejalan dengan berlalunya waktu, perkembangan fisioseksual (termasuk biologis dan fisiologis) tadi diikuti pula dengan adanya perkembangan psikoseksual. Kedua perkembangan itu harus berjalan seimbang karena dapat mempengaruhi kehidupan seksualnya ketika memasuki gerbang perkawinan. (Dianawati, Ajen.2007 : 1)

1.      Apakah tujuan dari pendidikan seks?

  • Memberikan bimbingan dan penjelaskan tentang perubahan fungsi organ seksual sebagai tahapan yang harus dilalui dalam kehidupan manusia dengan memasukkan ajaran agama dan norma-norma yang berlaku. (Dianawati, Ajen.2007 : 7-8)
  • Pendidikan seks untuk anak-anak bertujuan agar anak mengerti identitas dirinya dan terlindung dari masalah seksual yang dapat berakibat buruk bagi anak. Pendidikan seks untuk anak pra sekolah lebih bersifat pemberian informasi berdasarkan komunikasi yang benar antara orangtua dan anak. 


  • Pendidikan seks untuk remaja bertujuan melindungi remaja dari berbagai akibat buruk karena persepsi dan perilaku seksual yang keliru. Sementara pendidikan seks untuk dewasa bertujuan agar dapat membina kehidupan seksual yang harmonis sebagai pasangan suami istri. 
  • Pendidikan seks di sini dapat membantu para remaja laki-laki dan perempuan untuk mengetahui resiko dari sikap seksual mereka dan mengajarkan pengambilan keputusan seksualnya secara dewasa, sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang tua. Karena pada dasarnya usia remaja merupakan masa transisi, masa terjadinya perubahan, baik fisik, emosional, maupun seksual. Hormon seks dalam tubuhnya mulai berfungsi dan siap untuk melakukan tugasnya, yaitu dengan berkembang biak memperbnayak keturunan. Perubahan hormon tersebut disertai kematangan seks, sehingga dorongan seks yang timbul semakin meluap. Jika pada masa ini tidak ada bimbingan yang benar tentang perubahan ini, biasanya para remaja kan melampiaskan dengan cara yang kurang benar, seperti membaca buku porno, menonton film porno, bahkan bisa sampai mencoba melakukan hubungan seksual, atau juga melakukan masturbasi. (Dianawati, Ajen.2007 : 7-8)
 Mulai kapan sebaiknya pendidikan seks diberikan?
Secara disengaja atau tidak, seorang anak telah mengawali tahap kehidupan seksualnya sendiri, yang didapat melalui berbagai pertanyaan, permainan, dan dari lingkungan sekitarnya. (Dianawati, Ajen.2007 : 3)
            Karena rasa ingin tahu yang besar, jika anak tidak dibekali pendidikan seks, maka anak tersebut akan  mencari jawaban dari orang lain, dan akan lebih menakutkan jika informasi seks didapatkan dari teman sebaya atau Internet yang informasinya bisa jadi salah. Karena itu, lindungi anak-anak Anda sejak dini dengan membekali mereka pendidikan mengenai seks dengan cara yang tepat. 
Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian materi pendidikan seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan dan umur anak serta daya tangkap anak (dalam Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga, 1991). 
            Biasanya dapat dimulai ketika anak-anak mulai melontarkan pertanyaan sederhana mengenai seks, berarti anak-anak berhak mendapatkan jawaban-jawaban yang terusterang namun mudah dimengerti oleh anak. misalnya anak bertanya “darimana datangnya adik bayi ma..?”
           Jika anak tidak menanyakan atau tampak tidak tertarik membicarakan seks dan reproduksi, mungkin anak mendapat kesan bahwa seks adalah persoalan yang terlarang dan tabu untuk dibicarakan. Maka orangtua dapat mengemukakan persoalan tersebut pada saat-saat momen pengajaran  seperti ketika anak-anak belajar, atau menonton tv. Pada momen ini, biasanya anak-anak sangat terbuka terhadap informasi dan bimbingan mengenai sesuatu, termasuk seks.
              Selama momen-momen pengajaran, tunjukkan pada anak-anak bahwa orangtua tidak takut atau malu untuk membicarakan seks sehingga mereka juga terbuka dengan keingintahuannya mengenai seks
           Dr. Boyke Dian Nugraha mengatakan, pendidikan tentang seks sebenarnya perlu diberikan orang tua pada anak sejak usia dini agar anak bisa lebih memahami keunikan dirinya. Dengan demikian, anak akan lebih percaya diri, mampu menerima keunikan dirinya sekaligus tahu bagaimana menjaga dirinya sendiri. 

 Bagaimana sebaiknya pendidikan seks diberikan?
Pendidikan seks sebaiknya diberikan sesuai dengan tingkat perkembangan usia anak, agar materi yang diberikan tepat sasaran. Berikut ini beberapa tahapan umur dan cara memberikan pendidikan seks sesuai dengan tingkat usia anak :
§ Balita (1-5 tahun)
          Pada usia ini, Anda bisa mulai menanamkan pendidikan seks. Caranya cukup mudah, yaitu dengan mulai memperkenalkan kepada si kecil organ-organ seks miliknya secara singkat. Tidak perlu memberi penjelasan detail karena rentang waktu atensi anak biasanya pendek.
Misalnya saat memandikan si kecil, Anda bisa memberitahu berbagai organ tubuh anak, seperti rambut, kepala, tangan, kaki, perut, dan jangan lupa penis dan vagina atau vulva. Lalu terangkan perbedaan alat kelamin dari lawan jenisnya, misalnya jika si kecil memiliki adik yang berlawanan jenis.
Selain itu, tandaskan juga bahwa alat kelamin tersebut tidak boleh dipertontonkan dengan sembarangan, dan terangkan juga jika ada yang menyentuhnya tanpa diketahui orang tua, maka si kecil harus berteriak keras-keras dan melapor kepada orang tuanya. Dengan demikian, anak-anak Anda bisa dilindungi terhadap maraknya kasus kekerasan seksual dan pelecehan seksual terhadap anak.

§ Usia 3-10 tahun
Pada usia ini, anak biasanya mulai aktif bertanya tentang seks. Misalnya anak akan bertanya dari mana ia berasal. Atau pertanyaan yang umum seperti bagaimana asal-usul bayi. Jawaban-jawaban yang sederhana dan terus terang biasanya efektif.
Ø  Contoh #1: "Bayi berasal dari mana?" Anda bisa menjawab dari perut ibu. Atau Anda bisa tunjukkan seorang ibu yang sedang hamil dan menunjukkan lokasi bayi di perut ibu tersebut.
Ø  Contoh #2: "Bagaimana bayi keluar dari perut Ibu?" Anda bisa menjawab bayi keluar dari lubang vagina atau vulva supaya bisa keluar dari perut ibu.
Ø  Contoh #3: "Mengapa bayi bisa ada di perut?" Anda bisa menjawab bahwa bayi di perut ibu karena ada benih yang diberikan oleh ayah kepada ibu. Caranya adalah ayah memasukkan benih tersebut menggunakan penis dan melalui vagina dari ibu. Itu yang dinamakan hubungan seks, dan itu hanya boleh dilakukan oleh pria dan wanita yang telah menikah.

    • Usia Menjelang Remaja
Saat anak semakin berkembang, mulai saatnya Anda menerangkan mengenai haid, mimpi basah, dan juga perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada seorang remaja. Anda bisa terangkan bahwa si gadis kecil akan mengalami perubahan bentuk payudara, atau terangkan akan adanya tumbuh bulu-bulu di sekitar alat kelaminnya.

  • ·Usia Remaja
Pada saat ini, seorang remaja akan mengalami banyak perubahan secara seksual. Anda perlu lebih intensif menanamkan nilai moral yang baik kepadanya. Berikan penjelasan mengenai kerugian seks bebas seperti penyakit yang ditularkan dan akibat-akibat secara emosi.
Menurut penelitian, pendidikan seks sejak dini akan menghindari kehamilan di luar pernikahan saat anak-anak bertumbuh menjadi remaja dan saat dewasa kelak. Tidak perlu tabu membicarakan seks dalam keluarga. Karena anak Anda perlu mendapatkan informasi yang tepat dari orang tuanya, bukan dari orang lain tentang seks. Karena rasa ingin tahu yang besar, jika anak tidak dibekali pendidikan seks, maka anak tersebut akan mencari jawaban dari orang lain, dan akan lebih menakutkan jika informasi seks didapatkan dari teman sebaya atau Internet yang informasinya bisa jadi salah. Karena itu, lindungi anak-anak Anda sejak dini dengan membekali mereka pendidikan mengenai seks dengan cara yang tepat.

Ada beberapa cara sederhana yang mungkin dapat digunakan untuk membicarakan seks dengan anak tanpa terganggu perasaan risih :
  1. Mulailah sejak dini dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti
  2. Jujurlah mengenai perasaan anda, jangan malu mengakui bahwa anda merasa risih membicarakan seks. Anak-anak pasti menghargai perasaan anda. Misalnya anda bisa mengatakan “sebenarnya tidak mudah bagi ibu untuk membicarakan ini. Ketika ibu seumur kamu, hal-hal ini tidak dibicarakan dirumah, tapi ibu percaya bahwa ini adalah hal penting  dan ibu ingin membicarakannya denganmu”.
  3. Jawablah pertanyaan yang ditanyakan. Yang banyak terjadi adalah memberitahu terlalu banyak dalam waktu yang cepat atau tidak memberikan informasi samasekali. Cobalah untuk menghindari hal ini. Dengarkan dengan seksama apa yang ditanyakan anak dan jawab langsung pada persoalannya. Dalam menjawab pertanyaan anak yang bersifat kritis mengenai seks, diperlukan kesiapan mental dan sikap yang bijak dalam menanggapinya. Penjelasan yang diberikan harus sesederhana mungkin, sehingga sang anak tidak kebingungan untuk mencerna. Orang tua juga harus bersikap terbuka dan selau siap dalam menjawab semua pertanyaan yang diajukan anak sesuai dengan kemampuannya.
  4. Bila kurang jelas mintalah anak mengulang pertanyaan dan tanyakan maksud pertanyaannya.
  5. Gunakan istilah yang tepat. Sama halnya saat mengajari anak nama-nama bagian tubuh seperti ari, jempol, siku dan lainlain,
  6. Ajari juga mereka nama-nama dari anatomi reproduksi.
    Misalnya,  istilah “burung” terkesan lucu bila anak masih kecil tetapi sulit diterapkan dalam perbincangan serius begitu anak menanjak remaja.
  7. Jangan tertawa. Anak-anak perlu merasa bahwa gagasan dan perhatiannya terhadap seks dan perkembangan seksual mereka penting untuk didengarkan, jadi bukan sesuatu yang lucu. Namun adakalanya tertawa sukar ditahan pada saat kesadaran tentang seks pada anak mulai tumbuh.
    Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan dalam memberikan pendidikan seks :
·         Dalam memberikan pendidikan seks,  jangan hanya memberikan penjelasan dari hari ke hari, orang tua juga harus memberikan contoh sebuah hubungan yang harmonis, saling menghargai, saling mencintai, dan saling mengasihi, sikap anak tersebut akan cenderung meniru perilaku oarang tuanya. Sikap inilah yang akan tertanam di benaknya.
·         Tidak mencegah pengaruh dari luar (senyampang masih wajar) untuk memenuhi rasa ingin tahu si anak tentang seks, mengingat sekarang banyak media yang membahas tentang masalah seks. Karena mungkin si anak akan semakin meningkatkan rasa penasaran dan keberaniannya untuk mempraktikkan seks tersebut. Pasalnya, setiap anak yang sehat pasti ingi sekali mengetahui perkembangan dan perbedaan anggota tubuhnya dengan orang lain.
·     Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam mendiskusikan masalah seksual ini adalah harus dilakukan dalam suasana santai dan menyenangkan, tidak tegang atau kaku, disertai humor-humor ringan tetapi tetap dengan pandangan dewasa, juga perlu penyesuaian bahasa yang digunakan dengan usia anak.
·     Pendidikan seks yang hanya berupa larangan atau berupa kata-kata “tidak boleh” tanpa adanya penjelasan lebih lanjut adalah sangat tidak efektif. Dikatakan tidak efektif karena pndidikan seperti ini tidak cukup untuk mmpersiapkan remaja dalam menghadapi kehidupannya yang semakin sulit. Pengaruh minuman keras, obat-obatan terlarang, tekanan dari teman-teman, atau patah hati akibat hubungan cintanya akan semakin menjerumuskan mereka  pada aktivitas seksual lebih dini. Komunikasi yang terbuka antara orang tua, anak, dan beban masalah yang dilakukan si anak akan berkurang.
·         Pada akhirnya, semua cara yang digunakan orang tua dalam menyampaikan pendidikan seks tersebut, berpulang kepada setiap orang tua. Artinya, orang tua harus berusaha mencari cara-cara khusus dan praktis tentang penyampaian pendidikan seks sesuai dengan kemampuanya. Dengan demikian, para remaja tadi akan lebih menghargai dan mengetahui hubungn seksual yang sebenarnya bersama seseorang yang dicintainya bila tiba saatnya nanti.
(Dianawati, Ajen.2007 : 5-10)

Materi apa saja yang sebaiknya atau seharusnya diberikan dalam pendidikan seks? 

Materi yang harus diberikan dalam pendidikan seksual sebaiknya tentang kesehatan reproduksi, meliputi perubahan fisik, emosional, hormonal pada diri anak, serta dampak yang akan terjadi jika perubahan-perubahan itu disertai dengan perilaku yang tidak sesuai norma yang ada. Selain itu, materi tersebut juga harus diberikan sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

Hal-hal yang perlu diketahui anak adalah:
[1] Nama dan fungsi organ reproduksi,
[2] Perubahan yang akan dialami saat memasuki masa puber (ditandai mimpi basah pada laki-laki dan haid pada anak perempuan),
[3] Masalah menstruasi (jelaskan sesuai dengan batas kemampuan anak menerimanya),
[4] Hubungan seksual dan kehamilan (imbangi pendidikan seks dengan moral dan agama yang kuat),
[5] Bagaimana mencegah kehamilan (Berikan gambaran mengenai dampaknya, jangan lupa memasukkan unsur moral dan agama),
[6] Masturbasi (hal yang normal, namun berikan batasan-batasan pada si anak),
[7] Penyakit yang mungkin ditularkan melalui hubungan seksual,
[8] Harapan dan nilai-nilai orang tua (mengenai pergaulan, yang boleh dan tidak boleh). 

Pendidikan seks tetap harus diberikan, sesuai dengan tingkat perkembangan anak, tujuannya tak lain adalah memberikan bekal pengetahuan serta membuka wawasan anak dan remaja seputar masalah seks secara benar dan jelas. Dengan pendidikan seks yang benar berarti menghindarkan anak dan remaja dari berbagai risiko negatif perilaku seksual, seperti kehamilan di luar nikah, pelecehan seksual dan penyakit menular seksual. Dalam pendidikan seks pada anak, sebaiknya menggunakan istilah yang sebenarnya. Menggunakan istilah aneh-aneh hanya akan membingungkan si anak. (Dr. Rose Mini A.P., M.Psi)
  
1.      Siapa yang seharusnya memberikan pendidikan seks?
 
Ada tiga institusi yang akan mempengaruhi pribadi dan tingkah laku seorang anak yaitu keluarga, masyarakat maupun sekolah. Tiga institusi ini tidak bisa dipisahkan satu-sama lainnya dalam mempengaruhi kepribadian maupun perilaku seseorang. Karena perilaku seseorang yang dalam hal ini para remaja sangat dipengaruhi oleh seberapa jauh mereka memahami tentang berbagai hal yang mereka hadapi dalam kehidupannya.
Berbagai potensi yang mereka miliki akan tumbuh dan berkembang secara optimal dan akan sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya yang ada di dalam keluarga, masyarakat, dan sekolah. 
1. Keluarga
Keluarga merupakan institusi pertama dimana seseorang akan mengenal bermacam-macam nilai sosial yang ada. Keluarga, akan menjadi tempat berlangsungnya proses sosialisasi dan internalisasi nilai dan beragam ketrampilan dasar dalam hidup seseorang. Sehingga jika proses sosialisasi dan internalisasi nilai  berlangsung  dengan baik maka kepribadian anak akan menjadi mantap.
Oleh karena itu keluarga menjadi tempat pertama seorang anak mengenal nilai - nilai yang ada dimasyarakat maka peran orang tua dan anggota keluarga yang lain menjadi sangat menentukan dalam membentuk kepribadian dan perilaku anak. Orang tua akan menjadi patron dan referensi pertama oleh anak dalam melakukan tindakan tertentu. Maka orang tua akan selalu dijadikan rujukan dan teladan bagi anak dalam bertingkah 1aku, karena seorang anak yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan kepribadian akan cenderung meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa.
Karena begitu pentingnya peran keluarga dalam membentuk pribadi dan perilaku seorang anak, maka orang tua harus bisa menjadi idola anak, tempat anak bertanya berbagai hal yang anak ingin ketahui dalam hidupnya, dan sebagai tempat terjadinya transformasi dan pewarisan berbagai macam nilai- nilai kehidupan.
Termasuk dalam kaitannya tentang pendidikan sex, keluarga mempunyai peran yang sangat besar walaupun dalam batas-batas tertentu dalam memberikan pemahaman tentang seksualitas anak. Pemahaman tentang seksualitas anak pertama kali akan didapatkan dari keluarga walaupun dalam tataran yang paling minimal. Paling tidak perbedaan fisik alat kelamin antara yang dimiliki oleh anak laki- laki dengan anak perempuan.
Karena anak itu paling lama berinteraksi dengan anggota keluarganya, maka orang tua maupun saudara-saudaranya yang lebih dewasa harus bisa memberikan jawaban yang benar tentang seksualitas kepada anak atau adiknya yang bertanya. Dan juga orang dewasa harus mau menegur dan mengingatkan jika ada anak maupun adiknya yang sekiranya mempunyai pemahaman yang keliru tentang persoalan seksualitas. Sehingga persepsi yang keliru itu bisa segera diluruskan paling tidak bisa dijelaskan duduk persoalannya. Disinilah peran dan posisi orang tua menjadi sangat penting dalam memberikan teladan dan contoh yang benar kepada anaknya.
Karena penyimpangan perilaku yang ditunjukkan oleh sebagian remaja atau anak kita bisa jadi terjadi perbedaan persepsi khususnya pada anak atau remaja terhadap berbagai hal yang menyangkut kehidupan seksualitasnya, misalnya terjadinya perbedaan persepsi  remaja tentang seksualitas, pacaran , kehamilan, dan perkawinan.  Persepsi masing-masing seseoarang khususnya anak remaja tentang pacaran, hubungan seksual, kehamilan, pernikahan maupun tentang keluarga akan sangat dipengaruhi oleh latar belakang sosial, budaya, agama, pendidikan maupun pengalaman hidup yang mereka miliki.
Persepsi terhadap berbagai hal yang menyangkut kehidupan mereka itulah, yang akan membentuk sikap dan perilaku mereka, apakah mereka akan melanggar norma yang ada atau tidak. Oleh karena itu peran keluarga dalam membentuk persepsi, sikap dan perilaku anak sangat menentukan, sehingga peran orang tua. dan orang dewasa yang ada dalam keluarga untuk bisa menjadi figur teladan maupun yang menjadi rujukan ana.kdalam bertingkah laku akan menjadi sangat penting sekali.
Karena penyimpangan perilaku yang ditunjukkan oleh sebagian remaja atau anak kita bisa jadi terjadi perbedaan persepsi khususnya pada anak atau remaja terhadap berbagai hal yang menyangkut kehidupan seksualitasnya, misalnya terjadinya perbedaan persepsi  remaja tentang seksualitas, pacaran , kehamilan, dan perkawinan.  Persepsi masing-masing seseoarang khususnya anak remaja tentang pacaran, hubungan seksual, kehamilan, pernikahan maupun tentang keluarga akan sangat dipengaruhi oleh latar belakang sosial, budaya, agama, pendidikan maupun pengalaman hidup yang mereka miliki.
Persepsi terhadap berbagai hal yang menyangkut kehidupan mereka itulah, yang akan membentuk sikap dan perilaku mereka, apakah mereka akan melanggar norma yang ada atau tidak. Oleh karena itu peran keluarga dalam membentuk persepsi, sikap dan perilaku anak sangat menentukan, sehingga peran orang tua. dan orang dewasa yang ada dalam keluarga untuk bisa menjadi figur teladan maupun yang menjadi rujukan anak dalam bertingkah laku akan menjadi sangat penting sekali.


2.  Masyarakat
Disamping keluarga, kepribadian dan perilaku anak juga sangat dipengaruhi oleh masyarakat. Dari masyarakatlah anak akan belajar tentang berbagai nilai yang ada, karena dimasyarakatlah anak akan berinteraksi dengan berbagai macam orang dengan latar belakang sosial, budaya, agama , pendidikan maupun pengalaman hidup yang berbeda-beda.
Anak mungkin akan menemukan suatu pengalaman yang baru yang tidak dijumpai dalam keluarganya. Sehingga sesuatu yang baru itu tentunya akan menjadi bagian dari pemahaman anak terhadap lingkungan sosialnya. Berbagai macam pengetahuan baru yang mereka miliki dari teman-temannya, bacaan-bacaan, telivisi maupun berbagai macam media yang ada di masyarakat akan menjadi bagian pengalaman dalam hidupnya, termasuk pengetahuan mereka tentang seksualitas maupun reproduksi.
Seberapa jauh pengaruh pengalaman - pengalaman baru yang diperoleh dari masyarakat itu akan mempengaruhi persepsi, sikap dan perilaku seseorang akan sangat ditentukan oleh seberapa besar anak tersebut sudah mempunyai pemahaman awal yang mereka peroleh dari keluarga, daya seleksi dan kritis terhadap pengalaman baru yang mereka peroleh dari masyarakat
Oleh karena setiap anak itu mempunyai bekal awal yang berbeda tentang berbagai hal, misalnya masalah seksualitas dan reproduksi sehat dari keluarganya, serta karena setiap orang mempunyai daya seleksi dan kekritisan yang berbeda, dan juga sudah menjadi sifat anak atau remaja kalau mereka itu punya kecenderungan suka meniru terhadap apa yang dilihat dan didengar maka masyarakat dituntut juga harus bertanggung jawab dan berusaha untuk bisa memberikan pengalaman yang benar sesuai dengan nilai­-nilai yang berlaku didalam masyarakat terhadap anak atau remaja yang menjadi bagian dari masyarakatnya.
Sehingga tidak terjadi konflik psikologis pada diri anak atau remaja tentang apa yang telah diketahui datam keluarga dengan apa yang terjadi pada masyarakat, anak harus mendapatkan pemahaman yang sinkron tentang sesuatu nilai antara yang didapatkan dari keluarga dengan apa yang diperoleh didalam masyarakat.
Pemahaman anak tentang seksualitas maupun reproduksi sehat harus sinkron antara apa yang diketahui dari keluarga dengan apa yang diketahui dari masyarakat. Jangan sampai saling kontradiktif, misalnya dalam perilaku berpacaran anak remaja, mungkin dirumah orang tua mengajarkan tentang norrna berpacaran bahwa yang namanya mencium lawan jenisnya yang bukan muhrimnya itu dilarang oleh agama , sehingga tidak boleh dilakukan, tetapi setelah diluar anak remaja tersebut setiap hari dihadapkan atau melihat balk dilayar kaca dalam sinetron maupun dijalan anak-anak yang bukan muhrimnya saling berciuman dengan bebas, kalau berboncengan megangnnya seperti layaknya suami istri dan lain-lain. Kondisi ini tentunya akan menjadi sesuatu yang membingungkan bagi anak remaja tersebut.

Agar anak mempunyai pemahaman yang benar maka masyarakat dengan berbagai unsur yang membentuk masyarakat harus bisa memberikan contoh-contoh perilaku yang benar sesuai dengan norma yang berlaku didalarn masyarakat, media massa, maupun telivisi juga harus mau menampilkan tayangan-tayangan yang memberikan contoh yang benar, yang tidak provokatif tidak merangsang anak remaja untuk melanggar norma yang ada.

  
3. Sekolah
Institusi ketiga yang ikut berperan dalam membentuk kepribadian dan perilaku anak adalah sekolah. Institusi sekolah merupakan tempat terjadinya transformasi ilmu rpengetahuan maupun nilai-nilai yang berlaku didalam masyarakat. Di dalam sekolah pula akan terjadi proses pewarisan budaya dan penyebaran budaya secara sistematis dan terprogram.
    Oleh karena fungsi keluarga sebagai tempat terjadinya transformasi pengetahuan , teknologi dan nilai maka keberadaannya menjadi sangat penting di tengah masyarakat. Karena proses pewarisan, transformasi maupun prases penyebaran beragam pengetahuan, teknologi, budaya berlangsung secara sistematis dan terprogram maka pengalaman yang akan diperoleh oleh anak juga akan relatif sistematis, terprogram dan terukur.
Dengan demikian agar pemahaman anak tentang seksualitas maupun reproduksi yang sehat itu benar, maka peran sekolah sangat penting dan strategis. Karena pengetahuan yang akan diperoleh oleh anak sudah seragam, sistematis. Namun masalahnya pada bagaimana teknisnya agar pemahaman tentang seksualitas dan reproduksi sehat itu tidak justru memprovokasi siswa untuk coba-coba. 

(berbagai sumber)

    2 komentar:

    1. wah materi reproduksi sexual, wajib tuh. oh ya salam kenal sesama blogger Tulungagung :D

      BalasHapus
    2. Bet365 Casino Review and Bonus Codes - Wooricasinos
      The welcome package comes 강원 랜드 떡 with the opportunity to get more games, offers and promos 헬로우 블랙 잭 for 비트 코인 게임 a maximum of £30. Bet365 also offers new players a 100% match up to $500.Bonus Type: Welcome Bonus Rating: 4 · ‎Review by Wooricasinos 강원랜드바카라

      BalasHapus