Proses terjadinya penyakit sebenarnya
telah dikenal sejak zaman Romawi yaitu pada masa galenus (205-130 SM) yang
mengungkapkan bahwa penyakit dapat terjadi karena adanya faktor predisposisi,
faktor penyebab, dan faktor lingkungan. (Eko Budiarto. 2002: 15).
Keadaan tersebut dapat dianalogikan
seperti kembangan suatu tanaman. Agent diumpamakan
sebagai biji, host sebagai tanah, dan route of transmission sebagai iklim. (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:39).
1. Faktor
penyebab infeksi (Faktor agen)
Pada
dasarnya, tidak satu pun penyakit yang dapat timbul hanya disebabkan oleh satu
faktor penyebab tunggal semata. Pada umumnya, kejadian penyakit disebabkan oleh
berbagai unsur yang secara bersama-sama mendorong terjadinya penyakit. Namun demikian,
secara dasar, unsur penyebab penyakit dapat dibagi dalam dua bagian utama,
yakni :
1. Penyebab
kausal primer
Unsur ini dianggap sebagi faktor kausal
terjadinya penyakit, dengan ketentuan bahwa walaupun unsur ini ada, belum tentu
terjadi penyakit. Sebaliknya pada penyakit tertentu, unsur ini selalu dijumpai
sebagai unsur penyebab kausal. Unsur penyebab kausal ini dapat dibagi dalam 5 kelompok utama.
1)
Unsur penyebab
biologis, yakni semua unsur penyebab yang tergolong makhluk hidup termasuk
kelompok mikroorganisme (Nur Nasry Noor, 2008:30). seperti :
a. Virus,
b. Bakteri,
c. Jamur,
d. Parasit,
e. Protozoa,
f. Metazoa.
(Eko Budiarto. 2002: 15).
Unsur
penyebab ini pada umumnya dijumpai pada penyakit infeksi dan penyakit menular. (Nur
Nasry Noor, 2008:30).
Agar agent atau
penyebab penyakit menular ini tetap hidup (survive), maka perlu persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1.
Berkembang biak
2.
Bergerak atau
berpindah dari induk semang
3.
Mencapai induk
semang baru
4.
Menginfeksi
induk semang baru tersebut
Kemampuan
agent penyakit ini untuk tetap hidup pada lingkungan manusia adalah suatu
faktor penting dalam epidemiologi infeksi. Setiap bibit penyakit (penyebab
penyakit) mempunyai habitat sendiri-sendiri, sehingga ia dapat tetap hidup.
Dari sini timbul istilah reservoir,
yang diartikan sebagai berikut :
1.
Habitat, tempat
bibit penyakit tersebut hidup dan berkembang
2.
Survival, tempat
bibit penyakit tersebut sangat tergantung pada habitat, sehingga ia dapat tetap
hidup.
Reservoir tersebut dapat berupa manusia, binatang atau benda-benda mati.
Reservoir
di dalam manusia
Penyakit-penyakit
yang mempunyai reservoir dalam tubuh
manusia antara lain, campak (measles), cacar air (small pox), tifus (typhoid),
meningitis, gonorrhea, dan sifilis.
Manusia sebagai reservoir dapat menjadi kasus yang aktif dfan carier.
Carier
Carier
adalah orang yang mempunyai bibit penyakit dalam tubuhnya , tanpa menunjukkan
adanya gejala penyakit tetapi orang tersebut dapat menularkan penyakitnya
kepada orang lain. Convalescant Carrier
adalah orang masih mengandung bibit penyakit setelah sembuh dari suatu
penyakit.
Cariers
adalah sangat penting dalam epidemiologi penyakit-penyakit polio, tifus,
meningococcal meningitis dan amebiasis. Hal ini disebabkan karena:
a.
Jumlah
(banyaknya cariers jauh lebih banyak daripada orang yang sakit)
b.
Cariers maupun
orang yang ditulari samasekali tidak tahu bahwa mereka menderita/ kena
penyakit.
c.
Cariers tidak
menurunkan kesehatannya karena masih dapat melakukan pekerjaannya sehari-hari.
d.
Cariers mungkin
sebagai sumber infeksi untuk jangka waktu yang relative lama.
Reservoir
pada binatang
Penyakit-penyakit
yang mempunyai reservoir pada binatang umumnya adalah penyakit zoonosis. Zoonosis adalah penyakit pada
binatang vertebrata yang dapat menular pada manusia. Penularan
penyakit-penyakit pada binatang ini melalui berbagai cara, yakni :
1.
Orang makan
daging binatang yang menderita penyakit misalnya cacing pita.
2.
Melalui gigitan
binatang sebagai vektornya, misalnya pes melalui pinjal tikus, malaria,
filariasis, demaqm berdarah malalui gigitan nyamuk.
3.
Binatang
penderita penyakit langsung menggigit orang, misalnya rabies.
Benda-benda
mati sebagai Reservoir
Penyakit-penyakit
mempunyai reservoir pada benda-benda mati pada
dasarnya adalah saprofit hidup dalam tanah. Pada umumnya bibit panyakit ini
berkembang biak pada lingkungan yang cocok untuknya. Oleh karena itu bila
terjadi perubahan temperatur atau kelembaban dari kondisi dimana ia dapat
hidup, maka ia berkembangbiak dan siap infektif. Contoh Clostridium penyebab
tetanus, C.otulinum penyebab keracunan makanan dan sebagainya.
Macam-macam
penularan ( mode of transmission )
Mode
penularan dalah suatu mekanisme dimana agent/ penyebab penyakit tersebut ditularkan
dari orang ke orang lain, atau dari reservoir kepada indung semang baru.
Penularan ini ,melalui berbagai cara antara lain:
a.
Kontak (contact)
Kontak
disini dapat terjadi kontak langsung maupun tidak langsung melalui benda-benda
yang terkontaminasi. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung
ini pada umumnya terjadi pada masyarakat yang berjubel. Oleh karena itu, lebih
cenderung terjadi di kota daripada di desa yang penduduknya masih jarang.
b.
Pernafasan
(inhalation)
Yaitu
penularan melaui udara atau pernafasan. Oleh karena itu, ventilasi rumah yang
kurang, berjejalan (over crowding). dan tempat-tempat umum adalah faktor yang
sangat penting dalam epidemiologi penyakit ini. Penyakit yang ditularkan
melalui udara ini sering disebut “ air birne infection “ (penyakit yang
ditularkan melalui udara).
c.
Infeksi
Penularan
melaui tangan, makanan atau minuman
d.
Penetrasi pada
kulit
Hal ini
dapat langsung oleh organism itu sendiri. Penetrasi pada kulit misalnya cacing
tambang, melalui gigitan vector misalnya malaria atau melalui luka tetanus.
e.
Infeksi melalui
plasenta
Yakni
infeksi yang diperoleh melalui plasenta dari ibu penderita penyakit pada waktu
mengandung, misalnya sifilis dan toxoplasmosis.
(Soekidjo Notoatmodjo, 2007:39-41)
2) Unsur
penyebab nutrisi, yakni semua unsur penyebab yang termasuk golongan zat nutrisi
dan dapat menimbulkan penyakit tertentu karena kekuranagn maupun kelebihan zat
nutrisi tertentu seperti protein, lemak, hidrat arang, vitamin, mineral
3) Unsur
penyebab kimiawi yakni semua unsur dalam bentuk senyawaan kimia yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan/penyakit tertentu. Unsur ini pada umumnya berasal
dari luar tubuh termasuk berbagai jenis zat racun, obat-obat keras, berbagai
senyawaan kimia tertentu dan lain sebagainya, bentuk senyawaan kimia ini dapat
berbentuk padat, cair, uap, maupun gas. Adapula senyawaan kimiawi sebagai hasil
produk tubuh (dari dalam) yang dapat menimbulkan penyait tertentu seperti ueum,
kolesterol, dan lain-lain
4) Unsur
penyebab fisika yakni semua unsur yang dapat menimbulkan penyakit melalui
proses fisika, umpamanya panas (luka bakar), irisan, tikaman, pukulan
(rudapaksa) radiasi dan lain-lain. Proses kejadian penyakit dalam hal ini
terutama melalui proses fisika yang dapat menimbulkan kelainan dan gangguan
kesehatan.
5) Unsur penyebab psikis yakni semua unsur yang
bertalian dengan kejadian penyakit gangguan jiwa serta gangguan tingkah laku
sosial. Unsur penyebab ini belum jelas proses dan mekanisme kejadian dalam
timbulnya penyakit, bahkan sekelompok ahli lebih menitikbertkan kejadian
penyakit pada unsur penyebab genetika. Dalam hal ini kita harus berhati-hati
terhadap factor kehidupan sosial yang bersifat nonkausal serta lebih
menampakkan diri dalam hubungannya dengan proses kejadian penyakit maupun
gangguan kejiwaan.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan pada sifat hubungan kausal, antara lain:
1.
Kuatnya hubungan
statistik, artinya makin kuat hubungan statistik antara kausal dan efek makin
besar kemungkinannyya mempunyai hubungan kausal.
2.
Adanya hubungna dosis
respons, artinya peningkatan dosis pada factor kausal akan meningkatkan pula
kemungkinan terjadinya efek, dan sebaliknya.
3.
Adanya konsistensi
berbagai penemuan penelitian, artinya hasil yang dicapai relevan dengan
penemuan-penemuan sebelumnya.
4.
Hubungannya bukan hasil
sementara, artinya hasil hubungan tersebut bukan situasi sementara, melainkan
lebih bersifat lanjut.
5.
Sesuai dengan teori
yang sudah ada, artinya hasil yang dicapai dalam hubungan tersebut sesuai pula
dengan teori yang sudah ada atau tidak bertentangan dengan teori yang telah di
uji kebenarannya.
6.
Sesuai dengan hasil
percobaan laboratorium, artinya bila dilakukan uji coba laboratorium akan
memberikan hasil yang tidak berbeda.
7.
Sesuai dengan hukum
biologis artinya hubungan tersebut tidak bertentangan dengan hokum biologis
yang ada.
(Nur
Nasry Noor, 2008:30-32)
2. Penyebab
non kausal sekunder
Penyebab
sekunder merupakan unsur pembantu/penambah dalam proses kejadian penyakit dan
ikut dalam hubungan sebab akibat terjadinya penyakit. Dengan demikian, dalam
setiap analisis penyebab penyakit, kita tidak hanya berpusat pada penyebab
kausal primer semata, tetapi harus memperhatikan semua unsur lain di luar unsur
penyebab kausal primer. Hal ini didasarkan pada ketentuan bahwa pada umumnya,
kejadian setiap penyakit sangat dipengaruhi oleh berbagai unsur yang
berinteraksi dengan unsur penyebab dan ikut dalam proses sebab akibat. Faktor
yang terinteraksi dalam proses kejadian penyakit dalam epidemiologi digolongkan
dalam faktor resiko. Sebagai contoh pada penyakit kardiovaskuler, tuberkulosis,
kecelakaan lalulintas, dan lain sebagainya. Kejadiannya tidak dibatasi hanya
pada penyebab kausal saja, tetapi harus dianalisis dalam bentuk suatu rantai
sebab akibat yang peranan unsur penyebab sekundernya sangat kuat dalam
mendorong penyebab kausal primer untuk dapat secara bersama-sam menimbulkan
penyakit. (Nur Nasry Noor, 2008:32).
2. Faktor
pejamu (host)
“Pejamu” ialah keadaan manusia yang
sedemikian rupa sehingga menjadi faktor resiko untuk terjadinya penyakit.
Faktor ini disebut faktor instrinsik.
Faktor “pejamu” dan “agen” dapat
diumpamakan sebagai tanah dan benih. Tumbuhnya benih tergantung keadaan tanah
yang dianalogikan dengan timbulnya penyakit yang tergantung dan keadaan pejamu.
(Eko Budiarto. 2002: 15).
Unsure pejamu
(host) terutama pejamu manusia dapat dibagi dalam 2 kelompok sifat utama,
yakni: pertama, sifat yang erat hubungannya dengan manusia sebagai makhluk
biologis dan kedua, sifat manusia sebagai makhluk sosial. (Nur Nasry Noor,
2008:32-33).
a. Manusia
sebagai makhluk biologis memiliki sifat biologis tertentu, seperti:
-
Keadaan fisiologi.
Kehamilan dan persalinan memudahkan terjadinya berbagai penyakit, seperti
keracunan kehamilan, anemia, dan psikosis pasca partum.
-
Kekebalan. Orang-orang
yang tidak mempunyai kekebalan terhadap suatu penyakit akan mudah terserang
oleh penyakit tersebut.
-
Penyakit yang diderita
sebelumnya, misalnya reumatoid atritis yang mudah kambuh.
-
Ras dan keturunan
(genetik), misalnya penyakit herediter seperti hemofilia, sickle cell anemia,
dan gangguan glukosa non-fosfatase.
-
Umur, misalnya usia
lanjut mempunyai resiko untuk terkena karsinoma, penyakit jantung , dan
lain-lain.
-
Jenis kelamin, misalnya
penyakit kelenjar gondok, kolesistisis, reumatoid atritis, diabetes melitus
(cenderung terjadi pada wanita), penyakit jantung, dan hipertensi (menyerang
laki-laki).
-
Bentuk anatomis tubuh..
-
Kemampuan interaksi
antara pejamu dan penyebab secara biologis.
-
Status gizi secara
umum.
(Nur Nasry Noor, 2008:32-33; Eko
Budiarto. 2002: 15).
b. Manusia
sebagai makhluk sosial mempunyai berbagai sifat khusus, seperti:
-
Kelompok etnik termasuk
adat, kebiasaan, agama, dan hubungan keluarga serta hubungan sosial
kemasyarakatan.
-
Kebiasaan hidup dan
kehidupan sosial sehari-hari termasuk kebiasaan hidup sehat.
-
Keseluruhan unsure
tersebut di atas merupakan sifat karakteristik individu sebagai pejamu akan
ikut memegang peranan dalam proses kejadian penyakit yang dapat berfungsi
sebagai factor resiko.
(Nur Nasry Noor, 2008:
33)
3. Faktor
lingkungan
“Lingkungan” merupakan faktor ketiga
sebagai penunjang terjadinya penyakit. Faktor ini disebut “faktor ekstrinsik”. (Eko
Budiarto. 2002: 16).
Unsur lingkungan memegang peranan yang
cukup penting dalam menentukan terjadinya proses interaksi antara pejamu dengan
unsure penyebab dalam proses terjadinya penyakit. Secara garis besarnya, maka
unsure lingkungan dapat dibagi dalam 3 bagian utama.
a. Lingkungan
biologis
Segala flora dan fauna
yang berada di sekitar manusia yang antara lain meliputi:
-
Berbagai mikroorganisme
pathogen dan yang tidak pathogen.
-
Berbagai binatang dan
tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik sebagai sumber
kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan), maupun sebagai reservoir/ sumber
penyakit atau pejamu antara (host intermedia).
-
Fauna sekitar manusia
yang berfungsi sebagai vector penyakit tertentu terutama penyakit menular.
Lingkungan
biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan penting dalam
interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsure penyebab, baik sebagai
unsure lingkungan yang menguntungkan manusia (sebagai sumber kehidupan) maupun
yang mengancam kehidupan/ kesehatan manusia.
b. Lingkungan
fisik
Keadaan fisik sekitar
manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara langsung, maupun terhadap
lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia. Lingkungan fisik (termasuk
unsure kimiawi dan radiasi) meliputi:
-
Udara, keadaan cuaca,
geografis, dan geologis.
-
Air, baik sebagai
sumber kehidupan maupun sebagai sumber penyakit serta berbagai unsure kimiawi
serta berbagai bentuk pencemaran pada air.
-
Unsur kimiawi lainnya
dalam bentuk pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain sebagainya.
Lingkungan
fisik ini ada yang terbentuk secara alamiah, tetapi banyak pula yang timbul
akibat kegiatan manusia sendiri.
c. Lingkungan
sosial ekonomi
Semua bentuk kehidupan
sosial budaya, ekonomi, politik. System organisasi, serta institusi/ peraturan
yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakat tersebut.
Lingkungan sosial ini meliputi:
-
System hukum,
administrasi dan kehidupan sosial politik serta system ekomoni yang berlaku.
-
Bentuk organisasi
masyarakat yang berlaku setempat.
-
Sistem pelayanan
kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat setempat.
-
Kepadatan penduduk,
kepadatan rumah tangga, dan berbagai system kehidupan sosial lainnya.
(Nur Nasry Noor, 2008:
33-35)
-
Pekerjaan. Pekerjaan
yang berhubungan dengan zat kimia seperti pestisida atau zat fisika seperti zat
radioaktif atau zat yang bersifat karsinogen seperti abses akan memudahkan
terkena penyakit akibat pemaparan terhadap zat-zat tersebut.
-
Perkembangan ekonomi.
Peningkatan ekonomi rakyat akan mengukur pola konsumsi yang cenderung memakan
makanan yang mengandung banyak kolesterol. Keadaan ini memudahkan timbulnya
penyakit hipertensi dan penyakit jantung sebagai akibat kadar kolesterol darah
yang meningkat. Sebaliknya bila tingkat ekonomi rakyat yang rendah akan timbul
masalah perumahan yang tidak sehat, kurang gizi, dan lain-lain yang memudahkan
timbulnya penyakit infeksi.
-
Bencana alam.
Terjadinya bencana alam akan mengubah sistem ekologi yang tidak diramalkan
sebelumnya. Misalnya gempa bumi, banjir, meletusnya gunung berapi, dan perang
yang akan menyebabkan kehidupan penduduk yang terkena bencana menjadi tidak
teratur. Keadaan ini memudahkan timbulnya berbagai penyakit infeksi.
Selain faktor-faktor di atas,
sifat-sifat mikroorganisme sebagai agen penyebab penyakit juga merupakan faktor
penting dalam proses timbulnya penyakit infeksi. Sifat-sifat mikroorganisme
tersebut antara lain:
1.
Patogenesis
2.
Virulensi
3.
Tropisme
4.
Serangan terhadap
pejamu
5.
Kecepatan berkembang
biak
6.
Kemampuan menembus
jaringan
7.
Kemampuan memproduksi
toksin
8.
Kemampuan menimbulkan
kekebalan
Dari keseluruhan unsur tersebut di atas,
hubungan interaksi antara satu dengan lainnya akan menentukan proses dan arah
dari proses kejadian penyakit, baik pada perorangan, maupun dalam masyarakat.
Dengan demikian, maka terjadinya suatu penyakit tidak hanya ditentukan oleh
unsure penyebab semata, tetapi yang utama adalah bagaimana rantai penyebab dan
hubungan sebab akibat dipengaruhi oleh berbagai factor maupun unsure lainnya.
Oleh sebab itu, dalam setiap proses terjadinya penyakit, kita selalu memikirkan
adanya penyebab jamak (multiple causation). Hal ini sangat berpengaruh dalam
menetapkan progam pencegahan maupun penanggulangan penyakit tertentu, karena
usaha tersebut hanya akan memberikan hasil yang diharapkan bila dalam
perencanaannya, kita memperhitungkan berbagai unsure tersebut di atas.
Dengan epidemiologi modern dewasa ini,
proses kejadian penyakit tidak hanya dititikberatkan pada penyebab kausal
semata, tetapi terutana diarahkan pada interaksi antara penyebabnya, pejamu dan
lingkungan, yang menyatu dalam satu kondisi, baik pada individu maupun pada
masyarakat. Kondisi ini menentukan proses kejadian penyakit yang dikenal dengan
kondisi atau factor resiko (risk factor).
(Nur Nasry Noor, 2008: 33-35)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar