Selasa, November 27, 2012

Proses Terjadinya Penyakit


Proses terjadinya penyakit sebenarnya telah dikenal sejak zaman Romawi yaitu pada masa galenus (205-130 SM) yang mengungkapkan bahwa penyakit dapat terjadi karena adanya faktor predisposisi, faktor penyebab, dan faktor lingkungan. (Eko Budiarto. 2002: 15).
Keadaan tersebut dapat dianalogikan seperti kembangan suatu tanaman. Agent diumpamakan sebagai biji, host sebagai tanah, dan route of transmission sebagai iklim. (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:39).

1.      Faktor penyebab infeksi (Faktor agen)
Pada dasarnya, tidak satu pun penyakit yang dapat timbul hanya disebabkan oleh satu faktor penyebab tunggal semata. Pada umumnya, kejadian penyakit disebabkan oleh berbagai unsur yang secara bersama-sama mendorong terjadinya penyakit. Namun demikian, secara dasar, unsur penyebab penyakit dapat dibagi dalam dua bagian utama, yakni :
1.      Penyebab kausal primer
Unsur ini dianggap sebagi faktor kausal terjadinya penyakit, dengan ketentuan bahwa walaupun unsur ini ada, belum tentu terjadi penyakit. Sebaliknya pada penyakit tertentu, unsur ini selalu dijumpai sebagai unsur penyebab kausal. Unsur penyebab kausal ini dapat dibagi dalam 5 kelompok utama.
1)      Unsur penyebab biologis, yakni semua unsur penyebab yang tergolong makhluk hidup termasuk kelompok mikroorganisme (Nur Nasry Noor, 2008:30). seperti :
a.       Virus,
b.      Bakteri,
c.       Jamur,
d.      Parasit,
e.       Protozoa,
f.       Metazoa.
   (Eko Budiarto. 2002: 15).
Unsur penyebab ini pada umumnya dijumpai pada penyakit infeksi dan penyakit menular. (Nur Nasry Noor, 2008:30).
Agar agent atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup (survive), maka perlu persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1.      Berkembang biak
2.      Bergerak atau berpindah dari induk semang
3.      Mencapai induk semang baru
4.      Menginfeksi induk semang baru tersebut
Kemampuan agent penyakit ini untuk tetap hidup pada lingkungan manusia adalah suatu faktor penting dalam epidemiologi infeksi. Setiap bibit penyakit (penyebab penyakit) mempunyai habitat sendiri-sendiri, sehingga ia dapat tetap hidup. Dari sini timbul istilah reservoir, yang diartikan sebagai berikut :
1.      Habitat, tempat bibit penyakit tersebut hidup dan berkembang
2.      Survival, tempat bibit penyakit tersebut sangat tergantung pada habitat, sehingga ia dapat tetap hidup.
Reservoir tersebut dapat berupa manusia, binatang atau benda-benda mati.

Reservoir di dalam manusia
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir dalam tubuh manusia antara lain, campak (measles), cacar air (small pox), tifus (typhoid), meningitis, gonorrhea, dan sifilis. Manusia sebagai reservoir dapat menjadi kasus yang aktif dfan carier.

Carier
Carier adalah orang yang mempunyai bibit penyakit dalam tubuhnya , tanpa menunjukkan adanya gejala penyakit tetapi orang tersebut dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain. Convalescant Carrier adalah orang masih mengandung bibit penyakit setelah sembuh dari suatu penyakit.
Cariers adalah sangat penting dalam epidemiologi penyakit-penyakit polio, tifus, meningococcal meningitis dan amebiasis. Hal ini disebabkan karena:
a.       Jumlah (banyaknya cariers jauh lebih banyak daripada orang yang sakit)
b.      Cariers maupun orang yang ditulari samasekali tidak tahu bahwa mereka menderita/ kena penyakit.
c.       Cariers tidak menurunkan kesehatannya karena masih dapat melakukan pekerjaannya sehari-hari.
d.      Cariers mungkin sebagai sumber infeksi untuk jangka waktu yang relative lama.

Reservoir pada binatang
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada binatang umumnya adalah penyakit zoonosis. Zoonosis adalah penyakit pada binatang vertebrata yang dapat menular pada manusia. Penularan penyakit-penyakit pada binatang ini melalui berbagai cara, yakni :
1.      Orang makan daging binatang yang menderita penyakit misalnya cacing pita.
2.      Melalui gigitan binatang sebagai vektornya, misalnya pes melalui pinjal tikus, malaria, filariasis, demaqm berdarah malalui gigitan nyamuk.
3.      Binatang penderita penyakit langsung menggigit orang, misalnya rabies.

Benda-benda mati sebagai Reservoir
Penyakit-penyakit mempunyai reservoir pada benda-benda mati  pada dasarnya adalah saprofit hidup dalam tanah. Pada umumnya bibit panyakit ini berkembang biak pada lingkungan yang cocok untuknya. Oleh karena itu bila terjadi perubahan temperatur atau kelembaban dari kondisi dimana ia dapat hidup, maka ia berkembangbiak dan siap infektif. Contoh Clostridium penyebab tetanus, C.otulinum penyebab keracunan makanan dan sebagainya.
Macam-macam penularan ( mode of transmission )
Mode penularan dalah suatu mekanisme dimana agent/ penyebab penyakit tersebut ditularkan dari orang ke orang lain, atau dari reservoir kepada indung semang baru. Penularan ini ,melalui berbagai cara antara lain:
a.       Kontak (contact)
Kontak disini dapat terjadi kontak langsung maupun tidak langsung melalui benda-benda yang terkontaminasi. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung ini pada umumnya terjadi pada masyarakat yang berjubel. Oleh karena itu, lebih cenderung terjadi di kota daripada di desa yang penduduknya masih jarang.
b.      Pernafasan (inhalation)
Yaitu penularan melaui udara atau pernafasan. Oleh karena itu, ventilasi rumah yang kurang, berjejalan (over crowding). dan tempat-tempat umum adalah faktor yang sangat penting dalam epidemiologi penyakit ini. Penyakit yang ditularkan melalui udara ini sering disebut “ air birne infection “ (penyakit yang ditularkan melalui udara).
c.       Infeksi
Penularan melaui tangan, makanan atau minuman
d.      Penetrasi pada kulit
Hal ini dapat langsung oleh organism itu sendiri. Penetrasi pada kulit misalnya cacing tambang, melalui gigitan vector misalnya malaria atau melalui luka tetanus.
e.       Infeksi melalui plasenta
Yakni infeksi yang diperoleh melalui plasenta dari ibu penderita penyakit pada waktu mengandung, misalnya sifilis dan toxoplasmosis.
(Soekidjo Notoatmodjo, 2007:39-41)
2)   Unsur penyebab nutrisi, yakni semua unsur penyebab yang termasuk golongan zat nutrisi dan dapat menimbulkan penyakit tertentu karena kekuranagn maupun kelebihan zat nutrisi tertentu seperti protein, lemak, hidrat arang, vitamin, mineral
3)   Unsur penyebab kimiawi yakni semua unsur dalam bentuk senyawaan kimia yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan/penyakit tertentu. Unsur ini pada umumnya berasal dari luar tubuh termasuk berbagai jenis zat racun, obat-obat keras, berbagai senyawaan kimia tertentu dan lain sebagainya, bentuk senyawaan kimia ini dapat berbentuk padat, cair, uap, maupun gas. Adapula senyawaan kimiawi sebagai hasil produk tubuh (dari dalam) yang dapat menimbulkan penyait tertentu seperti ueum, kolesterol, dan lain-lain
4)   Unsur penyebab fisika yakni semua unsur yang dapat menimbulkan penyakit melalui proses fisika, umpamanya panas (luka bakar), irisan, tikaman, pukulan (rudapaksa) radiasi dan lain-lain. Proses kejadian penyakit dalam hal ini terutama melalui proses fisika yang dapat menimbulkan kelainan dan gangguan kesehatan.
5)      Unsur  penyebab psikis yakni semua unsur yang bertalian dengan kejadian penyakit gangguan jiwa serta gangguan tingkah laku sosial. Unsur penyebab ini belum jelas proses dan mekanisme kejadian dalam timbulnya penyakit, bahkan sekelompok ahli lebih menitikbertkan kejadian penyakit pada unsur penyebab genetika. Dalam hal ini kita harus berhati-hati terhadap factor kehidupan sosial yang bersifat nonkausal serta lebih menampakkan diri dalam hubungannya dengan proses kejadian penyakit maupun gangguan kejiwaan.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada sifat hubungan kausal, antara lain:
1.         Kuatnya hubungan statistik, artinya makin kuat hubungan statistik antara kausal dan efek makin besar kemungkinannyya mempunyai hubungan kausal.
2.         Adanya hubungna dosis respons, artinya peningkatan dosis pada factor kausal akan meningkatkan pula kemungkinan terjadinya efek, dan sebaliknya.
3.         Adanya konsistensi berbagai penemuan penelitian, artinya hasil yang dicapai relevan dengan penemuan-penemuan sebelumnya.
4.         Hubungannya bukan hasil sementara, artinya hasil hubungan tersebut bukan situasi sementara, melainkan lebih bersifat lanjut.
5.         Sesuai dengan teori yang sudah ada, artinya hasil yang dicapai dalam hubungan tersebut sesuai pula dengan teori yang sudah ada atau tidak bertentangan dengan teori yang telah di uji kebenarannya.
6.         Sesuai dengan hasil percobaan laboratorium, artinya bila dilakukan uji coba laboratorium akan memberikan hasil yang tidak berbeda.
7.         Sesuai dengan hukum biologis artinya hubungan tersebut tidak bertentangan dengan hokum biologis yang ada.
(Nur Nasry Noor, 2008:30-32)

2.      Penyebab non kausal sekunder
Penyebab sekunder merupakan unsur pembantu/penambah dalam proses kejadian penyakit dan ikut dalam hubungan sebab akibat terjadinya penyakit. Dengan demikian, dalam setiap analisis penyebab penyakit, kita tidak hanya berpusat pada penyebab kausal primer semata, tetapi harus memperhatikan semua unsur lain di luar unsur penyebab kausal primer. Hal ini didasarkan pada ketentuan bahwa pada umumnya, kejadian setiap penyakit sangat dipengaruhi oleh berbagai unsur yang berinteraksi dengan unsur penyebab dan ikut dalam proses sebab akibat. Faktor yang terinteraksi dalam proses kejadian penyakit dalam epidemiologi digolongkan dalam faktor resiko. Sebagai contoh pada penyakit kardiovaskuler, tuberkulosis, kecelakaan lalulintas, dan lain sebagainya. Kejadiannya tidak dibatasi hanya pada penyebab kausal saja, tetapi harus dianalisis dalam bentuk suatu rantai sebab akibat yang peranan unsur penyebab sekundernya sangat kuat dalam mendorong penyebab kausal primer untuk dapat secara bersama-sam menimbulkan penyakit. (Nur Nasry Noor, 2008:32).

2.      Faktor pejamu (host)
“Pejamu” ialah keadaan manusia yang sedemikian rupa sehingga menjadi faktor resiko untuk terjadinya penyakit. Faktor ini disebut faktor instrinsik.
Faktor “pejamu” dan “agen” dapat diumpamakan sebagai tanah dan benih. Tumbuhnya benih tergantung keadaan tanah yang dianalogikan dengan timbulnya penyakit yang tergantung dan keadaan pejamu. (Eko Budiarto. 2002: 15).
Unsure pejamu (host) terutama pejamu manusia dapat dibagi dalam 2 kelompok sifat utama, yakni: pertama, sifat yang erat hubungannya dengan manusia sebagai makhluk biologis dan kedua, sifat manusia sebagai makhluk sosial. (Nur Nasry Noor, 2008:32-33).

a.       Manusia sebagai makhluk biologis memiliki sifat biologis tertentu, seperti:
-          Keadaan fisiologi. Kehamilan dan persalinan memudahkan terjadinya berbagai penyakit, seperti keracunan kehamilan, anemia, dan psikosis pasca partum.
-          Kekebalan. Orang-orang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap suatu penyakit akan mudah terserang oleh penyakit tersebut.
-          Penyakit yang diderita sebelumnya, misalnya reumatoid atritis yang mudah kambuh.
-          Ras dan keturunan (genetik), misalnya penyakit herediter seperti hemofilia, sickle cell anemia, dan gangguan glukosa non-fosfatase.
-          Umur, misalnya usia lanjut mempunyai resiko untuk terkena karsinoma, penyakit jantung , dan lain-lain.
-          Jenis kelamin, misalnya penyakit kelenjar gondok, kolesistisis, reumatoid atritis, diabetes melitus (cenderung terjadi pada wanita), penyakit jantung, dan hipertensi (menyerang laki-laki).
-          Bentuk anatomis tubuh..
-          Kemampuan interaksi antara pejamu dan penyebab secara biologis.
-          Status gizi secara umum.
(Nur Nasry Noor, 2008:32-33; Eko Budiarto. 2002: 15).
b.      Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai berbagai sifat khusus, seperti:
-          Kelompok etnik termasuk adat, kebiasaan, agama, dan hubungan keluarga serta hubungan sosial kemasyarakatan.
-          Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk kebiasaan hidup sehat.
-          Keseluruhan unsure tersebut di atas merupakan sifat karakteristik individu sebagai pejamu akan ikut memegang peranan dalam proses kejadian penyakit yang dapat berfungsi sebagai factor resiko.
(Nur Nasry Noor, 2008: 33)

3.      Faktor lingkungan
“Lingkungan” merupakan faktor ketiga sebagai penunjang terjadinya penyakit. Faktor ini disebut “faktor ekstrinsik”. (Eko Budiarto. 2002: 16).
Unsur lingkungan memegang peranan yang cukup penting dalam menentukan terjadinya proses interaksi antara pejamu dengan unsure penyebab dalam proses terjadinya penyakit. Secara garis besarnya, maka unsure lingkungan dapat dibagi dalam 3 bagian utama.
a.       Lingkungan biologis
Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia yang antara lain meliputi:
-          Berbagai mikroorganisme pathogen dan yang tidak pathogen.
-          Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik sebagai sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan), maupun sebagai reservoir/ sumber penyakit atau pejamu antara (host intermedia).
-          Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vector penyakit tertentu terutama penyakit menular.
Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh dan memegang peranan penting dalam interaksi antara manusia sebagai pejamu dengan unsure penyebab, baik sebagai unsure lingkungan yang menguntungkan manusia (sebagai sumber kehidupan) maupun yang mengancam kehidupan/ kesehatan manusia.
b.      Lingkungan fisik
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsure kimiawi dan radiasi) meliputi:
-          Udara, keadaan cuaca, geografis, dan geologis.
-          Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai sumber penyakit serta berbagai unsure kimiawi serta berbagai bentuk pencemaran pada air.
-          Unsur kimiawi lainnya dalam bentuk pencemaran udara, tanah dan air, radiasi dan lain sebagainya.
Lingkungan fisik ini ada yang terbentuk secara alamiah, tetapi banyak pula yang timbul akibat kegiatan manusia sendiri.
c.       Lingkungan sosial ekonomi
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik. System organisasi, serta institusi/ peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang membentuk masyarakat tersebut. Lingkungan sosial ini meliputi:
-          System hukum, administrasi dan kehidupan sosial politik serta system ekomoni yang berlaku.
-          Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat.
-          Sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat setempat.
-          Kepadatan penduduk, kepadatan rumah tangga, dan berbagai system kehidupan sosial lainnya.
(Nur Nasry Noor, 2008: 33-35)
-          Pekerjaan. Pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia seperti pestisida atau zat fisika seperti zat radioaktif atau zat yang bersifat karsinogen seperti abses akan memudahkan terkena penyakit akibat pemaparan terhadap zat-zat tersebut.
-          Perkembangan ekonomi. Peningkatan ekonomi rakyat akan mengukur pola konsumsi yang cenderung memakan makanan yang mengandung banyak kolesterol. Keadaan ini memudahkan timbulnya penyakit hipertensi dan penyakit jantung sebagai akibat kadar kolesterol darah yang meningkat. Sebaliknya bila tingkat ekonomi rakyat yang rendah akan timbul masalah perumahan yang tidak sehat, kurang gizi, dan lain-lain yang memudahkan timbulnya penyakit infeksi.
-          Bencana alam. Terjadinya bencana alam akan mengubah sistem ekologi yang tidak diramalkan sebelumnya. Misalnya gempa bumi, banjir, meletusnya gunung berapi, dan perang yang akan menyebabkan kehidupan penduduk yang terkena bencana menjadi tidak teratur. Keadaan ini memudahkan timbulnya berbagai penyakit infeksi.
                       
Selain faktor-faktor di atas, sifat-sifat mikroorganisme sebagai agen penyebab penyakit juga merupakan faktor penting dalam proses timbulnya penyakit infeksi. Sifat-sifat mikroorganisme tersebut antara lain:
1.              Patogenesis
2.              Virulensi
3.              Tropisme
4.              Serangan terhadap pejamu
5.              Kecepatan berkembang biak
6.              Kemampuan menembus jaringan
7.              Kemampuan memproduksi toksin
8.              Kemampuan menimbulkan kekebalan

Dari keseluruhan unsur tersebut di atas, hubungan interaksi antara satu dengan lainnya akan menentukan proses dan arah dari proses kejadian penyakit, baik pada perorangan, maupun dalam masyarakat. Dengan demikian, maka terjadinya suatu penyakit tidak hanya ditentukan oleh unsure penyebab semata, tetapi yang utama adalah bagaimana rantai penyebab dan hubungan sebab akibat dipengaruhi oleh berbagai factor maupun unsure lainnya. Oleh sebab itu, dalam setiap proses terjadinya penyakit, kita selalu memikirkan adanya penyebab jamak (multiple causation). Hal ini sangat berpengaruh dalam menetapkan progam pencegahan maupun penanggulangan penyakit tertentu, karena usaha tersebut hanya akan memberikan hasil yang diharapkan bila dalam perencanaannya, kita memperhitungkan berbagai unsure tersebut di atas.
Dengan epidemiologi modern dewasa ini, proses kejadian penyakit tidak hanya dititikberatkan pada penyebab kausal semata, tetapi terutana diarahkan pada interaksi antara penyebabnya, pejamu dan lingkungan, yang menyatu dalam satu kondisi, baik pada individu maupun pada masyarakat. Kondisi ini menentukan proses kejadian penyakit yang dikenal dengan kondisi atau factor resiko (risk factor).
(Nur Nasry Noor, 2008: 33-35)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar